Jumat, 15 Mei 2015

Razbliuto

Mereka bilang, Razbliuto adalah satu kata untuk mendefinisikan suatu keadaan setelah kita berhasil mengalahkan perasaan (yang lagi2 kata orang) cinta terhadap seseorang. Itu adalah keadaan perasaan terhadap seseorang yang dulu pernah kita cintai namun sekarang tidak lagi. Itu adalah aku dan kamu. Jadi, bisa kita berhenti sekarang?

Sudahlah, berhentilah bersikap seperti itu. Aku masih di sini. Masih menjadi diriku. Masih baik-baik saja.

Dari awal bukankah sudah kukatakan, urusan perasaan ini murni urusanku. Aku yang memutuskan untuk tidak masuk lebih jauh. Aku yang memutuskan menjadi pengendali atasnya dan bukan sebaliknya. Sombong? Aku tidak peduli.

Meskipun, ya, tentu saja tidak mudah. Tidak pernah mudah saat kau harus mati-matian bersikap baik-baik saja di depan penguasa hatimu. Saat kau harus sekuat tenaga menahan diri untuk tidak memberi perhatian lebih saat orang yang berarti untukmu terlihat lelah. Saat kau sedikitpun tidak boleh lengah dan menghubunginya kala rindu begitu menggelayut. Saat kau dengan tegas berkata untuk seutuhnya tidak melanjutkan perasaan itu.

Padahal, kau tahu, aku tidak selamanya sesempurna itu menutupi segalanya. Ada saat dikala kau tiba-tiba menghubungiku untuk sedikit mengeluh tentang lelahnya aktivitasmu seharian, aku luluh. Ada pula disaat rindu begitu membelit, tangan ini secara tidak sadar menghubungimu. Tapi percayalah, aku tidak mengharap apapun. Hanya rindu. Benar-benar sebatas itu. Jahat? Kurasa tidak.

Saat dulu kaupegang tanganku begitu lama, aku berspekulasi apa yang ingin kausampaikan. Namun kau memilih diam dan memutuskan untuk menyimpan untukmu saja. Aku? Sama sekali tidak ada keinginan setetespun untuk menagih. Aku tidak mau. Dan tidak bisa. Aku tidak bisa menentukan sikap terbaik di depan teman-temanmu. Pencitraan? Tolong jangan menuduh begitu karena kau ikut andil di dalamnya.

Sudahlah, ini sudah keputusanku. Yang kuambil jauh sebelum masing-masing kita berangsur menarik diri. Mungkin terdengar basi namun kini aku mengerti bahwa cinta tidak melulu harus bersanding. Harus kemana-mana bersama. Harus (katanya) saling memiliki. Biarkan saja kita dengan perasaan yang kita miliki masing-masing. Kauterima atau tidak itu bukan urusanku. Maaf. Hanya saja, yang menurutku perlu kau tahu, kita memang tidak bisa memilih jatuh cinta pada siapa tapi kita selalu memiliki keleluasaan untuk memutuskan apakah cinta itu layak untuk diperjuangkan.

Ini aku dengan keputusanku. Kumohon jangan lagi tanyakan alasan. Sudah sejauh ini aku bertahan dengan prinsip yang kupegang. Dan aku bukan mereka semua yang bisa setiap saat suka rela menyerah dan tunduk pada kuasa cinta fana. Aku bukan orang yang semudah itu mengiyakan setiap perasaan yang menyeruak masuk. Selektif? Ah, kau akan paham suatu saat nanti. Bukan selektif. Tunggulah dengan tenang dan biarkan pemahaman itu menghampirimu.

Aku bukan meremehkanmu. Bukan pula tidak menghargaimu. Maaf, tapi aku jauh menghargai dan menghormati skenarioNya di atas segalanya. Jika memang Dia mempercayakan aku padamu, biarkan kita dipertemukan secara baik, di waktu yang baik, dan dalam kedewasaan serta pemahaman yang sama-sama baik. Mari kita sama-sama bertaruh dengan waktu.

Ariefah R

1 komentar:

any advice?