Rabu, 20 Mei 2015

FSRD Artweek dan Anak-Anak Kekinian

Aku nggak ngerti nih mau mulai cerita dari mana. Serius. Sebenernya untuk urusan begini aku biasanya nggak ngeblog. Langsung cerita ke temen aja biar lebih ekspresif dan dapet banget. Nggak terbatas sama durasi waktu mengetik kalimat. Tapi yaa katanya kalo lagi puasa nggak boleh ngomongin orang? Hahaha. Soalnya ntar pasti ujung-ujungnya ngomongin orang kalo ini mah. Well, skip deh. Catatan ini (seharusnya) tidak butuh prolog begini.

Gini deh.
FSRD Artweek itu adalah acara kampus. Acara (yang katanya) gede2annya anak FSRD buat ngebuka fakultas baru mereka. Eh, kami. Kalo konsep acaranya mungkin mirip-mirip Pasar seni ITB. Ah, aku juga belum pernah ke acara itu sih. Ya, intinya, itu acara baik-baik saja. Aku (oficially) nggak ada masalah sama acara itu. Wong ya gimana-gimana aku terdaftar di kepanutiannya. Meskipun nggak banyak kerja karena disambi ngerjain kerjaan yang lain tapi aku sebisa mungkin nggak bakal ngejatuhin acara inilah. Aku tetap dukung apa-apanya. Dan kurasa itu juga yang dilakuin temen-temen lainnya.... dengan cara mereka masing-masing.

Buat temen-temen yang aku tahu, kurasa mereka pun mencoba memberikan semacam best effort atau apalah untuk acara ini. Salah tiganya yang aku tahu, ada si Ichak yang hampir selalu ngebikin teaser versi dia untuk ngimbangi (atau nutupi?) teaser ofisial yang parah. Maaf aku terang-terangan bilang parah tapi ya ini blogku sih ya jadi terserah aku dong hahaha. Aku nggak mencoba mendiskreditkan satu orang atau pihak ya. Aku objektif menilai setiap keluaran teaser/desain yang mereka bikin untuk pra acara ini. Siapapun mereka. Bagus ya aku bilang bagus. Kalo jelek ya aku diem aja. Hahaha. Kan tadi udah bilang aku sebisa mungkin nggak mau ngejatuhin acara ini. Yang kedua dan ketiga ada Abik (owner ini ) dan Harun (owner itu). Mereka ada di PJ Karya dan setahuku mereka juga bikin poster sendiri buat open submission  karena "mereka" pihak yang harusnya bikin poster dan media-media promosi yang sekelas itu susah dihubungi atau apalah. Nggak papa. Aku justru seneng liat temen-temen yang antusias.

Nah, mulai batas ini, ini akan masuk ke ranah yang (silakan kalau mau dikatakan) subjektif atau mungkin (silakan juga kalau mau dikatakan) egois. Jadi buat kalian yang nyasar kesini, ini waktu yang tepat buat pergi dan abaikan catatan ini. ;)

Tulisan ini nggak akan pernah ada seandainya beberapa menit lalu saat saya buka mata dari tertidur siang saya nggak ngecek fb. Ngecek fb juga nggak akan terjadi secepat itu seandainya si ichak nggak ngasih tahu saya lewat WA buat ngecek fb. Entah juga, biasanya WA dia bodoh tapi untuk urusan begini bisa lancar jaya juga hahaha.

Sebelum masuk ke kaitannya dengan FSRD Artweek, aku mau review dikit soal event sebelumnya yang di situ aku mundur dari kepanitiaan. Bukan seheroik itu kok. Bukan bermaksud sok-sokan juga. Aku mundur gara-gara lagi banyak yang harus dikerjain dan (maaf kalau egois lagi) aku melihat acara itu terlalu berantakan. Aku hanya nggak bisa berada di situasi atau keadaan yang terlalu berantakan dan aku nggak bisa berbuat apa-apa. Aku nggak punya kewenangan di sana meskipun seberapa inginnya aku untuk melakukan itu. Dan benar, satu atau dua hari setelah aku mundur dari kepanitiaan itu, aku kena "skak" dari alumni-alumni fakultas yang sekarang jelas bukan orang-orang ababil lagi. Mungkin lain waktu aku akan cerita dengan postingan sendiri tentang masalah ini? Ah, tidak. Aku terlalu banyak janji.

Singkatnya begini, sesaat setelah seorang temen dari kepanitiaan balik dari (awalnya bermaksud) masukin proposal ke tempat part time aku saat itu. Ruang kreatif yang waktu itu adem ayem. Aku juga entah lagi asik ngapain waktu itu, tiba-tiba dibuka dengan suara "Peh, temen-temenmu kayak gitu semua?" dari seorang alumni kampus yang sekarang adalah seorang Art Director, yang sekarang adalah Animator, yang sekarang adalah.. banyak banget kerjaan dia. Intinya, disamping apapun kerjaan dia, dia sekarang adalah orang (yang benar-benar, bukan ngaku-ngaku seperti yang terjadi di aku dan temen-temen seperantaraku) dewasa. Yang menilai sesuatu dengan mempertimbangkan aspek-aspek lain selain hal-hal yang subjektif.

Nah, kalau kamu di posisiku, kamu mau jawab apa? Aku? Aku nggak tahu. Awalnya aku nggak ngerti arah pertanyaan itu. Temen yang mana? Kayak gitu gimana? Aku harus bersikap bagaimana untuk mencegah orang-orang berspekulasi buruk dengan "temen-temen"ku itu? Aku nggak tahu lagi. Jadi waktu itu aku cuma bisa bales dengan muka bodoh dan cengoh, "Lha gimana sih, Mas?"

Akhirnya dia (si "Mas" itu) cerita soal aduan-aduan yang datang ke dia tentang ANGKATANKU, sekali lagi ANGKATANKU!! Aku bisa apa? Emang angkatanku gimana sih? Tibalah hari itu aku dihujani dengan aduan-aduan yang datang ke mereka dan membahas juga soal temen yang tadi bawa proposal. Oke, aku bisa apa? Nggak ada. Jadi aku dengerin aja waktu dipojokin sama tiga alumni itu meskipun mereka jelas bilang kalau bukan aku yang salah atas apapun yang mereka katakan. Tapi, ya sudahlah, aku juga yang waktu itu di situ. Dan itu berlanjut sampai beberapa minggu kedepan. Setiap ada apa-apa mereka dengan bercanda bilang, "Tuh angkatanmu, Peh." atau "Acaramu kan itu, Peh?" Aku? Menghela napas sajalah.

Intinya apa dari cerita itu? Simpel saja. Bahwa para alumni sebenarnya masih memperhatikan aku dan teman-temanku yang sekarang masih mengenyam pendidikan. Yang terlalu sombong bergaya ini itu. Terlalu sombong mengaku-aku bisa mengatasi segalanya. Sebenarnya mereka memperhatikan, mereka peduli.

Apa kaitannya dengan FSRD Artweek? Terlepas dari manajemen yang buruk, kesalahan sama yang masih saja diulang-ulang, controlling dan pembagian jobdesc yang berantakan, seharusnya acara ini tidak punya masalah apapun denganku. Baru dua atau tiga hari yang lalu aku mengatakan ke Ichak bahwa dengan keadaan yang seperti ini untuk aku (dan Ichak) lagi nggak terikat kerjaan sama para alumni atau dosen (oke, kalau dosen ada satu tapi beliau terlalu baik dan terlalu sibuk untuk membahas urusan ini) jadi aku nggak perlu lagi ngerasain di"skak" kayak yang udah aku ceritain tadi. Tapi ternyata salah besar!

Pas baru bangun tidur tadi, Ichak ngeWA aku nanya kapan terakhir aku buka fb. Aku bilang entahlah. Tapi aku langsung buka saat itu juga lewat hape. Cuma ada sedikit notif (mengingat seringnya aku ngecek fb) tapi dari yang sedikit itu aku dapet mensyen dari punggawa-punggawa alumni yang aku bilang tadi. Tanpa nunggu lagi, aku langsung buka aja. Aku ada di kolom komentar postingan ini:


Yang pertama kali terpikir apa? Aku cuma.. what the.. apa maksudnya sih bikin begituan? Nggak ada bagus-bagusnya sama sekali. Oke, silakan bilang aku cupu atau apalah. Tapi, serius, aku nggak melihat ada aspek yang bisa dibenarkan dalam tindakan itu. Maaf kalau aku salah, silakan kalau mau bikin pembelaan. Hanya saja. C'mon, Man! Usaha susah payah sejauh ini buat membuat acara ini terlihat baik-baik saja diambyarkan dengan satu coretan yang sangat art itu. Luar biasa bukan?

Aku tahu acara ini nggak akan semaksimal yang kita semua harapkan. Aku melihatnya kok. Dari itulah kemudian kita melakukan yang kita bisa buat bikin acara ini (setidaknya dari luar) terlihat baik-baik saja. Salah ya? Hhh..

Baik, aku harus fair. Setiap kita punya cara masing-masing untuk menunjukkan keterlibatannya. Setiap kita punya cara masing-masing untuk "melindungi" acara ini. Tapi dalam perspektifku, cara itu (vandalin tembok itu) memalukan. Mau nunjukin apa sih? Bagian mana art-nya? Kalau mau mural ya udah mural aja sekalian. Yang bagus. Aku dukung kalo itu meskipun apapun yang bakal orang luar bilang. Karena pada dasarnya aku suka street art. Tapi bukan yang begitu. Itu sampah.

Sampai tulisan ini dibikin aku belum tahu itu "karya" siapa. Tapi apa yang aku ambil dari kejadian ini adalah kita sebagai manusia (sayangnya) nggak bisa seenaknya sendiri. Diakui atau tidak, hidup kita tidak sepenuhnya milik kita. Ada semacam efek domino dari setiap keputusan yang kita ambil. Mungkin tidak langsung pada pembuat keputusan, tapi yang lain? Sekalinya suatu gagasan dilempar ke publik entah itu melalui sosmed, blog, atau hanya ucapan verbal dalam sebuah acara atau forum, gagasan itu sudah bukan sepenuhnya lagi milik si pelempar gagasan. Begitu juga dengan ini.

Apa aku dirugikan? Sebenarnya tidak. Seharusnya tidak. Hanya saja, akan ada "kerugian-kerugian" tidak langsung jika nanti kami berada dalam satu pekerjaan atau satu meja di tengah obrolan santai. Baru semalem aja aku ketemu sama yang ngepost foto itu. Well, aku cuma mau bilang, di sini aku ikut malu, Man! Bagaimanapun aku ikut memiliki acara itu juga kan?

Mau bilang aku antek-antek alumni? Terserah. Mau bilang aku antek-antek dosen? Ini jauh lebih terserah lagi. Karena sebenarnya nanti, saat kita keluar dari bangku perkuliahan ini, kita akan menghadapi mereka, bekerja bersama mereka. Secara langsung ataupun tidak. Orang-orang yang di dalam tembok perkuliahan adalah kita sebut dosen di luar sana bisa saja menjadi klien. Bisa saja menjadi partner kerja. Setidaknya itu yang sudah aku sendiri rasakan. Mau ngef*ck2in dunia kampus? Itu urusan kita masing-masing. Asal jangan kebablasan aja sih terus ngerasa paling benar. Paling bisa. Paling berkuasa. Paling ber-channel banyak. Atau ngerasa paling berhak untuk sesumbar? Paling berhak nyindir2-in temen-temen sendiri? Coba pikir dulu, apa benar kita sebenar itu? Astaga, berhentilah bersikap kekinian. Eh, kekanakan. Hahaha, marah? Astaga, aku tidak sehina itu. Untuk apa? Bisa jadi malah aku masuk dalam kategori yang kubuat sendiri. Bisa jadi malah aku jauh lebih buruk dari apa yang kupikir. Tapi setidaknya, semoga, aku tidak bermain-main dengan efek domino tadi.

Oh, atau mungkin ada yang diantara kita sudah teramat jago sampe tidak membutuhkan dunia "sosial-kreatif" lagi? Terus bisa memandang rendah semua orang? Wah, maaf kalau ini. Aku mah masih cupu. Masih harus banyak belajar.

 Mungkin dengan aku menulis begini akan ada yang tidak setuju. Sekarang aku tidak peduli. Dari apa yang terjadi selama ini aku sudah cukup belajar bahwa apapun keputusan yang kita ambil akan selalu memiliki pro dan kontra. Sebaik apapun dirasa keputusan itu, sebaik apapun cara kita menjelaskan suatu masalah, bahkan kalaupun itu keputusan untuk "melindungi" mereka yang mengontra atau mencibir, tetap tidak akan pernah ada yang 100% setuju. Pasti akan selalu ada yang kontra. Selalu ada celah untuk dipelintir menjadi tidak lagi sebaik itu. Aku tidak peduli.

8 komentar:

  1. numpang ketawa ya mba, hahahaha =))

    btw, pdf dokumen musicart kapan mau dikirim?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Heeeii itu aku lagi seriiius malah diketawaaain! Ah, aku memang nggak mbakat serius ("_ _)

      Owiya lupa. Hahaha cara ngubah word ke pdf gimana sih?

      Hapus
  2. Maap yah kaka ipeh membuat bangunan tidurnya jadi gak asik

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hah?? Om Bjeou bacaaa?? Aaaak, maluuu hahaha..
      Nggak papa, Om.. Jarang2 bangun tidur jadi sensasional gitu hehe..
      Btw, video yang di fb akhirnya dihapus Om? :')

      Hapus
  3. Jangan terlalu dianggap berat, ini biasa aja disikapinyah hehehe penting terus aja bikin publikasi yang lebih gencar lagi...aksi yang lebih terstruktur, memanfaatkan ruang ruang publik, maen maen sama isu lokal misalnya soal kota kreatif...di challange aja apa itu kota kreatif? Bikin serial yang gayanya sama soal itu di media sosial maya ataupun nyata...libatin dosen buat keluar zona nyamannya ajak main main keluar bareng pake mobilnya kunjung sana sini 😂 sambil bikin layanan desain gratis buat UKM .... Waaak maap saya meracau

    BalasHapus
    Balasan
    1. :') Om Bjeou bijaksana sekaali hehehe

      Tenang, Om, aku orangnya gampang teralihkan, sehari setelah curhat sama Mastil (yang dishare ke dirimu -_- iya kan? Ngaku!) udah asik sama yang lain lagi ahahaha
      Tapi btw, idenya bagus juga Om. Cuma, kalo buat yang diaplikasiin ke FSRD Artweeknya kyknya nggak bakal bisa maks deh. Udah pada "loyo" nih panitianya gegara masalah internal hahaha ditambah waktunya yang udah kejepit dsb dsb agak susah dijelasinnya ("_ _) (kebanyakan alasan nih kayaknya aku hahaha ^^v)

      Tapi yoi tuh Om idenya.. besok aku coba buka kalo pas diskusi ma temen2 deh ya.. Tengkyu, Om! XD

      Hapus

any advice?