Jumat, 03 Oktober 2014

Skenario Merah Abu-abu


Sebelum ini aku pernah ngibul skenario konspirasi BBM, nah sekarang lagi pengen ngibul skenario lagi. 
Herannya, negeri ini seperti nggak pernah kehabisan bahan buat dibikin berita yang ujung-ujungnya ngeledek rakyatnya. Adaa aja gitu. Poinnya, yang mau aku omongin sekarang adalah soal UU Pilkada. Apa banget lho ini masalah. Udah adem ayem tentrem kok ya tahu-tahu bikin rusuh pake mencabut sistem pilkada langsung. Itu tuh kayak... caper banget gitu orang-orang dewan itu!

Tunggu, orang-orang dewan? Apa bener skenario ini serendah itu? Menurutku enggak. Well, sekali lagi ini cuma kibulanku aja ya. Levelnya sama kayak Skenario Konspirasi BBM, cuma ngikuti imajinasi liar sama mumpung lagi suntuk aja.

Sebenernya nggak bermaksud ikut-ikutan ngeramein urusan pilkada ini. Pikiranku simpel sih, pilkada diputuskan jadi tidak langsung, rakyat protes, masalah diajukan ke MK, dan aku jadi bisa ngeliat Om Zoelva lagi hahaha. Lagian, dari pengalaman pemilu kemaren (yang baru pertama aku nyoblos) aku juga nggak ngerti siapa yang mau aku pilih. Jadi, apa bedanya kan?

Awalnya aku pikir ini masalah alay biasa yang dipake pemerintah buat caper ke rakyatnya. Aku belum nemu alur skenario yang bisa aku reka-reka buat jadi kibulan gini, makanya aku nggak tertarik. Terus ada kejadian dramatis WalkOut-nya fraksi Demokrat yang seketika langsung membalikkan posisi. Tapi aku juga masih belum tertarik. Masih terlalu dangkal buat dijadiin skenario kece. Nah, pas tadi sore nggak sengaja nemu berita soal Koalisi Merah Putih (eh, kesepakatan dulu yuk, buat seterusnya aku bakal sebut koalisi merah putih dengan KMP yah, biar efektif aja. Biar cepet juga. Mau ke gramed abis ini-numpang baca buku hahaha) bikin wacana mau membuat pemilihan presiden dikembaliin ke MPR... waainii! Mulai kebaca skenarionya. :D


Kalau ditanya soal kekhawatiran wacana di atas, aku berani bilang: nggak ada. Pertama karena menurutku mau gimana juga sama aja, sama2 menarik buat direka kibulannya. Yang Kedua, aku rasa itu nggak mungkin terjadi. Tapi demi skenario ini, izinkan topik ini tetap abu-abu. :D

Apa yang terjadi dengan UU Pilkada? 
Banyak yang berpendapat ini adalah ajang "balas dendam" KMP karena kalah di pilpres kemaren. Akupun awalnya mikir gitu, tentunya sebelum aksi WalkOut FPD. Itu terasa drama banget! Serasa ada campur tangan Thomas (bacalah "Negeri Para Bedebah" biar nyambung) di dalemnya. Kenapa FPD yang katanya dari awal mau konsisten menolak UU Pilkada tiba-tiba bermanuver justru disaat klimaks? Kita mulai skenarionya.

Tahun 2010, RUU Pilkada mulai diwacanakan. Ini bukan tanpa alasan. Dilandasi keresahan pemerintah atas banyaknya kepala daerah yang terjerat korupsi dan kasus ini-itu, maka pemerintah bermaksud memperbaiki pemilukada. Tercetuslah satu ide yang menurut mereka baik, sekaligus untuk menindak lanjuti amanah UU No 32 tahun 2004 tentang Kepala Daerah (iya bukan sih?). Mereka mewacanakan Pilkada diserahkan ke DPRD aja. Sebenernya simpel alasan "permukaan" yang dipakai, yaitu biar hemat. Diakui atau enggak, negeri ini defisit banget. Tapi aku nggak mau pake skenario klise macam itu. Ini versiku :

Inget soal "Mafia" yang aku pake di Kibulan BBM? Biar makin keren, aku akan pakai mereka lagi.
Dimulai dari kekalahan KMP saat pilpres lalu. Kalahnya ini bener-bener telak (bukan cuma Pak Wowo and the gank tapi juga si Mafia!)! Inget turunnya saham tvoon? Meskipun Pilpres bukan satu-satunya alasan langsung penyebab turunnya saham itu tapi gimanapun mereka udah mempertaruhkan segalanya dan kalah begitu saja? Mereka sudah menyusun visi-misi "keren" buat bangsa ini dan harus kalah gitu aja? Yang benar saja! Jelas tidak bisa dibiarkan. Tapi tunggu dulu, oke fine kita boleh kalah tapi lihat aja di legislatif! Siapa yang berkuasa?! Kira2 gitu kata KMP.

Dalam blek kempen kemaren dikatakan kalau Pak Jo jadi presiden maka nggak akan lebih lama dari dua tahun. Dan jelas KMP ogah Pak Jo jadi presiden. Akan ada banyak kepentingan dipertaruhkan di sana. Tidak boleh dibiarkan. Tapi gimana, rakyat udah milih. Pak Jo udah jadi presiden. Satu-satunya cara untuk menyelamatkan muka sama sebisa mungkin menyelamatkan berbagai kepentingan, KMP merencanakan berbagai skenario untuk "menyusahkan" (calon) pemerintah, yaitu dengan mengumumkan akan konsisten menjadi penyeimbang (ini kata manisnya, kata kasarnya adalah "penghalang") pemerintahan. Kalau misal aku berpihak ke Pak Jo, dan menganggapnya sebagai pihak protagonis maka KMP ini telah mendeklarasikan sebagai pihak antagonis! Wo ini seru!

Tapi jadi penyeimbang saja nggak cukup. Mafia tidak mau selesai sampai di situ! Ingat, cita-cita tersirat KMP (dalam kampanye lalu) adalah mengembalikan negeri ini ke jaman keemasan era orde baru? Setelah putar otak, mereka nemu lagi tuh wacana RUU Pilkada. Ah, mudah, tinggal aktifkan saja isu ini. Sahkan di DPR. Jelas tidak sulit! Bukankah DPR sudah kita kuasai? Kata mereka. Sialnya, saat KMP udah pede gitu, FPD bilang mau pro Pilkada langsung. Lah? Kalau FPD nggak berpihak ke KMP ya nggak mungkin bisa menang. Tenang, FPD tidak mungkin melakukan itu. Mereka, meskipun bilang netral tapi dari kampanye dulu juga udah kelihatan menjatuhkan hati kemana. FPD butuh pencitraan setelah partainya porak poranda akibat korupsi dan hasil pileg yang diluar harapan. Sudahlah, kata KMP, biarkan FPD cuap-cuap bilang pro Pilkada, kita tetap akan pegang kendali!

Benar saja. Saat vote buat ngambil keputusan Pilkada langsung/tidak, KMP berpikir gimana caranya FPD tetap pada misinya mengembalikan citra di depan rakyat tapi juga tidak menyusahkan KMP. Ah, bikin aja si FPD ngajuin syarat ke koalisinya Pak Jo! Hm... tapi ternyata di luar dugaan, koalisi Pak Jo setuju dengan syarat yang diajukan FPD. Gawat! Gimana dong? Udah nggak ada waktu lagi! Tercetuslah keputusan WalkOut. Kenapa? Karena WalkOut tetap dihitung kehadirannya (yang dibutuhkan untuk kuorum) tapi tidak suaranya. Jadi itulah yang terjadi. Dan sialnya keputusan FPD justru menjadi blunder. Rakyat bukannya  simpati malah XL (lho?). Ya, kekecewaan itu yang mendasari trending topik dunia : #ShameOnYouSBY.

Astaga, menyusahkan saja! Opini yang diluar kendali ini segera ditanggapi oleh Pak Beye dia menginstruksikan ke Menkominfo untuk mengatasinya. Tibalah Pak Tiffie ikutan bingung. Cepat2 dia kirim surat ke Twitter buat ngilangin hestek itu dari posisi jawara. Kebut-kebutan ia membuat akun boongan dan bikin hestek tandingan biar nutup hestek sialan itu. Tapi publik tidak berhenti. Mereka bikin lagi #ShamedByYou. Aah, rempong nih! Pikir Pak Beye. Udah males liat kerjaan Pak Tiffie yang lelet, dia suruh ke Pak Tiffie, "Udah deh, lu berenti aja jadi menteri. Bikin repot aja!" Pak Tiffie jawab, "Ya udah deh. Lagian gue juga mau dilantik jadi anggota DPR ini hahaha." Jadi deh dia mundur dari jabatan menteri.

Si Mafia tersenyum geli liat arena permainannya. Ini belum selesai. Dia masih butuh buying time biar relawan rakyat nggak cepet-cepet ngajuin kasus ini ke MK. Si Mafia pun mulai menggelitiki Pak Beye buat bikin Perpu (yang menurutku juga pasti bakal ditolak sama DPR. Ingat, ini cuma strategi si Mafia buat buying time aja). Nggapapa, Pak Beye juga butuh ini to be a hero in his game, isn't he? Biar rakyat nggak sadar aksi buying time ini, Si Mafia mulai menggelontorkan wacana Pilpres dibalikin ke MPR. Tapi kayaknya wacana terakhir nggak terlalu dimakan yah sama rakyat? Nggak tau deng. Hahaha. Jadi buat kalian pengusaha kaos yang selalu dapet orderan bejibun pas pemilu, sante aja. Pilpres masih aman kok.

Jadi, gimana akhir kasus Pilkada? Aku pikir entar pasti bakal nyampe ke MK juga (bakal liat Om Zoelva ngga yaa~) tapi tergantung siapa yang ngajuin. Kalau yang ngajuin dari pihak rakyat, kayaknya ada kemungkinan menang. Tapi kalau yang ngajuin partainya Pak Beye yaa yaudah sih kalau emang Pilkada nggak bisa langsung (lagi) buat sementara ini. Biaar, biarin nggak papa. Biarin para orang tua serakah itu menghabiskan masa tua mereka. Kita yang muda tinggal bikin pergerakan underground dimana saat nanti generasi kita yang memimpin kita tidak akan mengulangi kesalahan yang tidak cerdas ini. Kita akan siap menggeser posisi para orang tua yang hanya bisa teriak, "Itulah tugas generasi muda untuk blablabla!" "Masa depan bangsa ada di pundak generasi muda! Blablabla!" Pegang tuh orasi-orasi membosankan penuh pencitraan itu. Pegang dan resapi, sampai saat nanti generasi kita yang ada di puncak sana, jangan harap pemerintahan akan se-tidak cerdas sekarang! B) *Aku keren ya? Ternyata bisa juga berorasi hahaha.

Sekian kibulannya. Sori acak-acakan. Namanya juga ngarang.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar

any advice?