Sabtu, 18 Oktober 2014

Eraser #02 "Kriminal?"


Aku selalu suka suasana lewat tengah malam. Saat semua orang asyik dengan mimpi mereka masing-masing. Meninggalkan dunia dalam dingin dan sunyi. Tapi yang paling kusuka adalah jalanan kota yang lengang. Membuatmu sangat mungkin untuk memacu kecepatan motor di atas 100 km/jam. Tidak ada seruan klakson atau teriakan marah orang-orang lelet selayaknya siang hari yang membosankan. Malam memberikan pesona tersendiri untukku. Seperti malam itu. Saat untuk pertama kalinya aku bertemu dengannya.

*
Waktu menunjukkan lewat jam satu pagi dan aku masih di café. Salah satu café 24 jam di jalan Slamet Riyadi, Solo. Tidak ada hal penting. Hanya bosan akan kosongnya kos yang berujung pada sebal sendiri karena tidak juga menemukan satu konsep desain yang asyik untuk tugas kuliah senin depan. Ini weekend, dan sepanjang sejarah aku menuntut ilmu sangat jarang memanfaatkan weekend untuk berkutat dengan tugas. Tapi untukku kuliah di jurusan desain sejauh ini, tugas tidak seperti tugas. Hanya satu cara “bermain” yang waktu dan aturannya ditentukan oleh dosen. Maksudku, kau tidak harus benar-benar memeras otakmu untuk berjibaku pada teori-teori entah apa.

Jadi, aku pun berakhir di sini. Mungkin terdengar keren kalau aku menggunakan alasan mengerjakan tugas untuk nongkrong di café karena sebenarnya tugasku sudah kelar sejak dua jam yang lalu. Tapi biar deh. Sesekali terdengar keren boleh juga. ;)

Aku tengah terpaku pada beberapa situs berita online tentang beberapa penembakan di Solo yang terjadi akhir-akhir ini. Aku tipe orang yang sok tahu. Maksudku, aku suka membuat skenario abal-abal untuk beberapa berita beruntun yang sedang in. Nah, saat ini aku tertarik pada kasus penembakan ini. Entah bagaimana, menurut skenario ngasalku, kasus-kasus penembakan polisi di Solo ini terkait dengan hengkangnya walikota Solo yang saat ini sedang mengikuti Pilgub ibukota putaran kedua. Sekali lagi, ini hanya skenario isengku. Jangan repotkan dirimu mencari relevansinya. Karena aku sendiri juga tidak menemukannya.

Benar, terlalu sulit menemukan relevansinya tanpa memberikan tuduhan tak berdasar pihak lawan politik sang mantan Walikota. Lagipula aku bukan orang yang ngerti politik. Jadi, kebodohanku mengacaukan segalanya. Mungkin aku harus menunggu satu berita lagi? Baiklah, karena sepertinya sudah terlalu pagi untuk seorang gadis berada di luar aku tidak suka terikat norma semacam ini tapi berhubung semua orang memakai pemahaman norma yang selaras, ditambah lagi beberapa pelayan café yang berkali-kali menatapku dengan kerutan dahi, aku pun menyerah. Pukul 01.17 aku beranjak pulang.

Seperti selayaknya lewat tengah malam, aku bisa bebas memacu motor sesukaku. Sama sekali tidak memperhatikan laju speedometer. Kali ini bukan karena aku ingin sok keren tapi lebih karena speedometer-ku mati dan aku malas ke bengkel. Lagipula tidak telalu vital. Buat apa?


Dingin. Aku pernah berpikir Solo adalah kota penganut iklim gurun. Kau akan merasakan udara panas yang luar biasa di siang hari tapi sebaliknya, kau akan mendapati udara begitu dingin di jam-jam ini. Tapi entahlah, bukan urusanku juga. Meskipun jujur, udara ini menggelitik imajinasiku membayangkan kenikmatan mie instan rebus pake telur. Hmm. Seingatku aku masih punya dua butir telur di dapur. Semoga belum “hilang”.

*
Ada yang aneh saat aku sampai di kos. Bukan, bukan tentang suara sirine polisi yang terdengar agak keras dan semakin keras. Dengan adanya beberapa kasus penembakan akhir-akhir ini sepertinya aku mulai terbiasa mendengarnya. Hanya tinggal menunggu update berita di twitter saja, maka aku akan tahu apa yang terjadi. Oh, bukan karena itu aku merasa aneh. Ini lebih pada pintu garasi yang tidak terkunci. Aku otomatis mengerutkan dahi. Apa aku lupa mengunci saat pergi tadi? Ini weekend dan kosku hanya tersisa aku seorang hari ini sampai besok. Atau ada yang sudah kembali ke kos tanpa memberitahuku? Atau… ah, jangan berpikiran negatif. Tidak mungkin ada maling yang sudi menyantroni kosku kan?

Baiklah, mungkin ini hanya bentuk lain kebodohanku hari ini; lupa mengunci pintu garasi. Aku menggeser pintu besinya untuk mempersilakan motorku menempati kediamannya. Setelah motor terparkir cantik, tiba-tiba keheranan kedua menyeruak. Aku baru menyadari seluruh lantai bawah gelap. Untuk yang satu ini sepertinya bukan karena kebodohanku deh. Aku yakin benar sebelum berangkat ke café tadi sudah menyalakan semua lampu. Ludah pun otomatis tertelan dengan susah payah. Hiburan-hiburan untuk diri sendiri kuserukan kuat-kuat dalam hati. Ingat, jangan berpikir aneh-aneh.

Sembari menggigit bibir bawah, tanganku meraba dinding mencari sakelar. Tetap mati. Ah, sial, ini sih dimatikan dari sakelar pusatnya. Paham kan, itu lho yang biasanya tergabung dalam meteran listrik. Oke, aku bisa mengatasinya.

Melangkah lebih masuk lagi, aku meraba sakelar pusat yang kumaksud. Seketika itu juga sesuatu, bukan, seseorang menarikku. Aku mendengar rintihan lirih saat punggungku menabrak semacam badan di belakangku. Aku tidak sempat memberikan reaksi apapun bahkan ketika tangan kanan tamu tak diundang ini mendekap mulutku dan sesuatu yang dingin menempel di pelipisku.

“Diam!” bisiknya berat.

Rasanya tidak perlu disuruh pun aku tidak akan berani bertindak bodoh. Tapi bukan itu yang ada di otakku sekarang. Bukan menyusun rencana pelarian melainkan lebih mendasar daripada itu; kenapa ada orang semacam ini di kosku. Oke, mungkin terdengar dangkal tapi kurasa itu adalah kalimat tanya pertama paling logis yang muncul saat kau berada di posisiku.

Pertanyaanku langsung terjawab dengan raung mobil patroli polisi yang melintas di depan rumah kosku. Aku melirik penyekapku dan susah payah menelan ludah saat dia dengan tajam mengawasi berlalunya mobil patroli itu. Jantungku berdebar keterlaluan cepat tapi aku masih mengais-ngais penghiburan diri. Saat itulah maraku perlahan melirik ke kiri, ke arah sesuatu yang dingin yang menempel di pelipisku. Aku tidak bisa total melihat tapi siapapun yang berhasil melihat dalam pandanganku sekarang pasti sepakat kalau benda ini adalah sebuah pistol! Hei, ada sebenarnya?! Seketika aku panik dalam diam. Siapa orang ini? Buronan? Kriminal?

Eraser #02 - end.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

any advice?