Senin, 11 Agustus 2014

Nathaniel v.s. Thomas

Itu judulnya begitu bukan karena mau bahas pertandingan tinju lho ya!

Itu adalah nama dari dua tokoh paling lengket di otakku sejauh ini. Serius. Dari entah berapa novel yang udah (secara ajaib) aku selesaiin, cuma ada dua tokoh itu yang paling mengena. Lalu kenapa tiba-tiba aku pengen bahas mereka? Tidak lebih karena tadi aku memutuskan untuk membaca lagi si Nathaniel. Baiklah, kita coba bahas satu-satu ya.

1. Nathaniel - The Bartimaeus Trilogy

Karakter yang pertama adalah milik Jonathan Stroud. Penulis kelahiran Bedford, Inggris, 1970 ini adalah si Jenius dibalik keluar biasaan novel The Bartimaeus Trilogy. Aku pertama kali baca novel ini pas kelas IX SMP kalo bener. Dan baru jatuh cinta sama si Nathaniel di akhir buku ketiga! Plis! Ini adalah sesuatu yang amat menyiksa ketika aku mulai jatuh cinta dengannya sedangkan cerita sudah berakhir. Tega emang si Om Jo!

Tapi okelah. Lha gimana terlanjur tergila-gila! Ya, nggak gitu juga sih hehe. Tapi menurutku, dari beberapa novel Om Jo lainnya, yang paling kece masih Bartimaeus Trilogy ini. Jadi, meskipun dalam Solomon Ring (novel ini terbit setelah Bartimaeus Trilogy tapi setting waktunya jauh sebelum yang disebut terakhir) Om Jo masih pake si Jin Barty tapi tetep aja nggak "mbekas".

The Bartimaeus Trilogy adalah tentang pemutarbalikan stereotype "Penyihir Baik" dan "Demon Jahat". Bakal kerasa banget kalo kalian baru aja kelar baca Harry Potter (atau novel2 tentang penyihir konvensional baik lainnya). Yang paling aku suka adalah gaya penceritaan Jonathan yang menggabungkan kata ganti orang pertama dan ketiga sekaligus. Jadi, Om Jo ini pake kata ganti orang ketiga di chapter Nathaniel dan kata ganti orang pertama di chapter Bartimaeus. Dan, percayalah, gaya ini secara ajaib membuat kisah ini terasa nyata.

Ceritanya bener-bener kuat! Serius. Entah itu penokohan, alur, karakter, permasalahan, dan (seperti yang udah aku sebut tadi) gaya penceritaan. Meskipun aku ngaku deh di novel kedua (Golem's Eye) aku sempet bosen dan berhenti beberapa hari di bagian tengah. Tapi itu bukan salahku dong! Lha disitu si Nathaniel jelek banget deskripsinya! Masih kayak remaja2 ababil gitu. Kan jadi males. Terlebih lagi bukunya paling tebel! Terus juga ada beberapa tokoh "baru" (nggak bener2 baru sebenarnya kalau kalian cukup mencermati dari buku pertama) yang membosankan. Tapi overall, oke kok! Serius, aku nggak promosi!

Aku paling suka buku pertama sama ketiga. Buku pertama, karena disitulah kita berkenalan sama Nathaniel kecil, dan beberapa karakter lain. Di situ juga kita diajak memahami dunia sihir Om Jo. Mengenal kastanisasi makhluk halus. Di situ juga kita diperkenalkan dengan percikan-percikan masalah yang tanpa disadari ternyata membesar dan masif di buku ketiga.

Buku ketiga, karena di sinilah puncak dari segala puncak. Puncak kegantengan Nathaniel, puncak kemampuan Bartimaeus, puncak cerita Ptolemy (oh iya, ada cerita dalam cerita di sini, yaitu tentang Ptolemy si Penyihir Mesir), dan yang paling klimaks jelas puncak konspirasi dari segala konspirasi. Di sinilah semua masalah yang telah dibangun dengan super teliti dan kuat mencapai penyelesaiannya. Di bagian ini juga Om Jo dengan teganya mempermainkan sekaligus mencabik-cabik hatiku yang rapuh ini. Di buku yang terakhir ini aku dibuat jatuh cinta secinta-cintanya sama Nathaniel.

Sudah aku bilang kan penokohan di sini kuat. Sekuat itu juga bagian tokoh Nathaniel. Kalian akan diperkenalkan dengannya dari dia kecil, diizinkan mengikuti perkembangannya dari anak-anak menuju remaja hingga (katakanlah) dewasa. Bagaimana dia dulu yang hanyalah anak kecil tidak tahu apa-apa yang ketakutan saat diuji masternya dengan beberapa penampakan kecil sekarang (di buku ketiga) berkembang dengan luar biasa cerdas menjadi penyihir paling diperhitungkan di Kementrian Inggris. Nathaniel, sang Mentri Penerangan, adalah seorang pemuda 17 tahun dengan aura kekuasaan yang intimidatif dan didukung gayanya yang seksi (astaga aku memakai kata ini! Hahaha). 

Well, bisa panjang kalau harus bahas ini tapi serius, Nathaniel ini benar-benar... ah, entahlah. Dia benar-benar mencerminkan kehidupan di dunia politik banget. Bagaimana usaha mati-matiannya untuk menjaga reputasi dan kedudukanmya di kementrian serta segala blablabla lainnya. Di bagian ini, dia benar-benar menjadi sosok yang menyebalkan. Tapi sabarlah, tunggu hingga menuju akhir cerita. Om Jo, dengan tega men-twist karakter Nathaniel! Mengembalikan idealismenya di masa lalu lengkap dengan hati nuraninya dan (kalau boleh berpersepsi) sedikit percikan cinta kepada satu tokoh gadis bernama Kitty Jones.

2. Thomas - Negeri Para Bedebah & Negeri Di Ujung Tanduk

Berbeda genre dengan tokoh sebelumnya, Thomas adalah karakter milik Tere Liye. Yap, Tere Liye yang itu! Siapa sih Thomas ini? Di buku pertama ia dikenal sebagai Konsultan Keuangan Profesional sedangkan di buku kedua ia lebih dikenal dengan Konsultan Politik.

Berbeda dengan Nathaniel, aku jatuh cinta dengan Thomas dari bab pertama buku pertama! Nah, ini baru namanya siksaan yang manis. Maksudku, kalau kau sudah jatuh cinta di awal kan kau akan benar-benar menikmati perjalanan si Ganteng ini kan? Ah, sudahlah, mereka sama-sama keren.

Thomas adalah tipe lelaki idaman banget! (terlepas dari kebiasaannya berbaur dengan masalah dan kegiatan super padatnya yang pasti tidak akan pernah sempat menyambangi rumahnya sendiri). Tere Liye memang berhasil membangun kekuatan intrik masalah di setiap bukunya. Segala teori-teori rasional yang didasarkan pada permasalahan negeri ini membuat cerita ini secara otomatis terasa "nyata". Tapi soal ama... erm, tunggu dulu. Hahaha. Seingatku cuma Thomas yang paling kuat di sini. Baiklah, memang dialah sentral ceritanya (apalagi dengan gaya penceritaan kata ganti orang pertama) tapi mungkin tidak ada salahnya juga sedikit mengulik tokoh-tokoh pembantu lain? Erm, bukan berarti tokoh2 lain tidak dideskripsikan, bukan. Aku nggak bilang gitu. Yang aku maksud adalah kekuatan karakternya. Di kedua novel karakter yang paling kuat cuma Thomas (sama Opa mungkin?).

Tapi tenang, itu tidak mengurangi kekerenan Thomas! Hahaha. Gimana ya bilangnya. Gabungan antara dendam masa lalu, tidak banyak bicara, cerdas, dan kekuasaan yang menjalar kemana-mana membuat tokoh ini secara otomatis "keren" dengan caranya sendiri. Ah, luar biasa!

Sayangnya, bukunya cuma 2. :( Kuraaaang... :'(

4 komentar:

  1. jadi kamu plih mana? Nathan ap om Thom ato om Jo?
    jangan serakah donk peh... ingat! emak juga btuh gizi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Om Thom doong.. Menjanjikan masa depan sekali dia hahaha

      Hapus
  2. jadi menurut kmu tahun berapa setting novel nya?, ktanya sebelum kebakaran istana kristal london 1936...
    tp knpa ada komputer??? ingat saat sidang kitty jones d buku kedua ..
    ngomong2 sya suka banget Kitty jones, bahkan sering menggambarnya :D (^ ^) Hehehe . . .
    gambar nathaniel jga ada

    BalasHapus
    Balasan
    1. Eh, maap baru liat komenmu haha.
      Aku juga cukup bingung sama setting waktunya. Di buku ke3 dibilang settingnya pas masa perang sama Amrik tapi di buku satu udah disebut2 soal laptop ^^a
      Tapi terlepas dari itu ceritanya aku suka banget. Pembangunan alurnya cantik banget.
      Oyah? Aku mau liat sih gambarnyaaa!!

      Hapus

any advice?