Senin, 07 Juli 2014

Ya Allah Please..

Ya, mungkin ini emang pertama kalinya suaraku bakal dihitung dalam menentukan arah negeri ini 5 tahun ke depan. Tapi bukan berarti di pemilihan2 sebelumnya aku nggak hidup kan?

Ya, mungkin aku belum banyak tahu soal beginian. Tapi bukan berarti aku merem dan nggak nyari tahu kan?

Ya, mungkin emang semuanya nggak kayak persepsiku. Tapi bukan berarti nurani nggak bisa ngerasain kan?

Kecewa? Jujur iya. Awalnya aku kecewa sama Pak Jokowi. Aku lebih pengen beliau menuntaskan DKI dulu. Pengennya Anies Baswedan aja yang nyapres. Tapi ternyata angin politik berkata lain kan? Hanya ada dua pasang yang memungkinkan bisa maju nyapres. Singkat cerita terbentuklah itu nomor 1 dan 2. Bahkan setelah sampai pada titik ini pun aku masih belum menentukan pilihan. Terpikir golput juga tapi akhirnya ngerasa bersalah juga sama negara ini. Jadi yaudah deh aku mulai "turun tangan" mempelajari keduanya.

Awalnya semua berimbang.

Yeah, kedua-duanya baik. Aku (masih) percaya keduanya menginginkan yang terbaik buat Indonesia. Keduanya punya kelebihan dan kekurangan masing2. Ah yaampun, aku bahkan masih belum percaya kenapa aku harus repot2 ikut campur dalam urusan begini. Tapi lihatlah, sulit untuk nggak ikut turun tangan.

Sulit, ketika aku berada di Solo dan memperhatikan bagaimana pemimpin yang dicintai rakyat.
Sulit, ketika secara tidak sengaja aku membaca banyak hal dan mulai ada ketimpangan.
Sulit, ketika aku (yang ngakunya) berada di dunia seni, dunia kreatif, dan"dunia" ini ramai2 tulus menyatakan dukungan mereka. Sedangkan aku masih mau pura-pura tidak peduli?
Sulit, ketika nuraniku mulai mengambil alih.

Jadi akhirnya aku memutuskan untuk menentukan pilihan. 

Tapi apa yang terjadi? Kenapa semakin ke sini semakin banyak fakta yang mengerikan? Ayolah, coba kita berdiri di titik netral lagi dan menilai dengan objektif. Yakin dulu kita udah bisa objektif baru mulai melihat fakta-fakta yang ada. Coba bedakan mana yang black campaign dan mana yang negatif campaign. 

Aku menulis ini murni cuma pengen curhat. Nggak akan aku share kok jadi kalau semisal secara nggak sengaja ada yang baca dan jadi nggak nyaman, aku minta maaf.

Seperti yang pernah aku tulis sebelumnya, ya aku #AkhirnyaMilihJokowi. Ya, aku emang pernah kecewa tapi apa iya aku seegois itu? Mungkin udah saatnya nggak cuma aku yang harus merasakan indahnya melihat pemimpin yang dicintai rakyat. Mungkin ini saatnya Indonesia memandatkan anak bangsa terbaiknya untuk memimpin seperempat milyar manusia? Mungkin ini udah maunya Allah?

Mengutip kata2 Anies Baswedan, kita tidak sedang mencari kesempurnaan. Kalau nanti Pak Jokowi jadi Presiden apa lantas kita nggak akan kecewa? Kita pasti akan kecewa. Pasti akan ada aja yang kurang. Tapi seenggaknya kita tahu ada orang baik sedang bekerja untuk kita. Kita butuh itu. Kita butuh rasa tenang bahwa meskipun di sini ada begitu banyak masalah bertumpuk tapi kita punya pemimpin yang sedang bekerja untuk kita. 

Jadi kalau menurutku, ini lebih kepada pertarungan pada diri kita masing-masing. Sejujur apa kita pada nurani kita masing-masing. Yang aku lihat, kebanyakan dari temen-temen yang milih Pak Prabowo (bahkan termasuk ibuku) adalah karena mereka merasakan kekecewan yang aku rasain di awal dulu (yang udah aku sebutin di atas). Temen-temen memilih Pak Prabowo karena percaya Pak Jokowi baik dan nggak ingin persepsi itu berubah. Jadi mereka memilih Pak Prabowo agar Pak Jokowi bisa menyelesaikan masa tugasnya di DKI. Bukankah ini indah? Mereka tidak memilih karena ingin melindungi. Bukankah kalau begitu, secara nurani mereka membenarkan bahwa Pak Jokowilah pemimpin yang mereka percaya? Tapi ini cuma pendapatku aja sih. Bisa benar dan sangat mungkin salah. Karena aku cuma mengamati.

Sekali lagi aku (masih) percaya keduanya baik. Dan semoga memang begitu.

Apapun, yang jelas semua adalah milikMu ya Allah. Kau yang memiliki kekuasaan diatas segala kekuasaan. Kau yang memiliki kehendak. Kami hanya rakyat yang merindukan pemimpin baik dan Kaulah yang Mahatahu. Kami hanya berusaha dan Kau yang menentukan. Tapi ya Allah, aku pribadi berharap agar Kau menunjukkan yang benar adalah benar dan yang salah adalah salah. Lihatlah ya Allah, hamba2mu bersatu padu tulus menyatakan dukungannya. Menyuarakan harapannya. Menyatakan kerinduannya atas pemimpin yang mereka cintai. Bukankah ini langka? Dan, Allahku, kumohon dengarlah doa-doa itu. Doa-doa kami yang mendambakan negeri yang adil, negeri yang Kauridoi. Tapi Kau yang tahu. Kau yang Mahatahu atas segala sesuatu. Kau yang paling tahu yang terbaik untuk Indonesia, negeri yang atas izinMu kami tinggali. Negeri yang atas izinMu kami bisa merasakan nikmat2 terbaikMu. Merasakan indahnya kasih sayangMu. Oleh karena itulah, atas izinMu juga tanggal 9 Juli 2014 nanti semua diputuskan. 

Yang kami tahu, pilihan kami adalah lebih tepat. Yang kami tahu, kami percaya pada Pak Jokowi. Yang kami tahu, nurani kami menyatakan dukungan tulus pada beliau.

Allahku, apapun keputusanMu nanti. Hamba mohon dengan sangat, tetap jaga kami. Tetap lindungi dan ridoi negara ini. Tetap dampingi pemimpin kami agar senantiasa di jalanMu. Kami serahkan segalanya pada kuasaMu. Kami serahkan Indonesia pada keputusanMu. Aamiin.

Terakhir, buat yang kesasar dan masih baca sampai titik ini (kalau ada), sekali lagi aku nggak kampanye. Aku nggak ngajak. Bukankah ini negara demokrasi? Dan bukankah kita sudah cukup dewasa untuk menentukan pilihan? Jadi, demi Indonesia kita bersama, yuk kita yakinkan pilihan kita. Murnikan. Jujurkan suara kita dari nurani terdalam. Sekali lagi ini bukan kampanye. Ini cuma curhatan aja. 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

any advice?