Rabu, 05 Februari 2014

Duren Purworejo



Durendam dam dam dam taradam taradam.. *apaansih*
Yak! Saya kembali lagi dengan makanan lezat lainnya di belahan bumi lainnya. Eh... bumi ini.
Heran ya, kenapa ada buah sekontroversial durian! Lebih heran lagi dengan kalian yang nggak doyan buah eksotis ini. Well, setiap orang punya hak masing-masing dalam menjalin hubungan. Saya menghargai perbedaan. (lho?)
Sebenernya ini setengah nyindir temenku sih. Ceritanya aku lagi jalan sama dia. Ada janji makan gitu. Nah, sepanjang perjalanan aku benar-benar digoda oleh tarian eksotis para duren ini. Jadi aku berniat ngajakin temenku buat berburu duren abis meeting. Baru aja aku buka mulut mau mengutarakan gundah gulanaku sama si duren, dia udah bilang, "Aku heran deh kenapa ada orang yang bisa-bisanya masukin duren ke mulut mereka padahal baunya ada udah minta ampun!"
Aku tutup kembali mulutku. Dan menghela napas dalam-dalam. Sabar ya, kataku pada diri sendiri. Ini Indonesia yang punya tagline Bhineka Tunggal Ika. Entahlah, kebegoan apalagi yang membuatku malah menghibur diri pake kalimat yang terancam keluar konteks.
Jadi, setelah memendam perasaan begitu dalam dan didukung dengan berjuta penjual durian yang lewat jalan samping rumah dengan semena-mena, yang bukannya menjatuhkan, paling nggak, lima durenn tapi malah menggoda hidung dengan aroma tajam nan indah mereka! (Buahnya lho ya bukan orangnya). Saya memutuskan untuk melakukan pemberontakan. Jelas! Harus! Pemberontakan ini sebenarnya lebih dilatarbelakangi oleh seorang ayah yang memutuskan untuk tidak lagi mengkonsumsi durian! Betapa kejamnya dunia ini!
Ya ya ya, dengan alasan... apa ya? Owiya, apa alasan bapakku nggak mau makan duren lagi?! Ya pokoknya dengan alasan tertentu yang membuatnya memutuskan untuk putus sama duren, akhirnya nggak ada lagi duren-duren yang dulu selalu menggelinding ria di ruang tengah depan tipi hampir setiap hari. Keren kan? Bahkan di gubukku si duren ini punya singgasana spesial. Oke, lupakan masalah itu. Intinya aku udah kebelet banget nget nget nget sama duren. 
Jadi, setelah melalui kontemplasi yang diselingi beberapa spekulasi akhirnya tercetuslah sebuah solusi cerdas! Mengajukan proposal pada investor satunya, ibunda yang luar biasa! Huahahaha. Dengan kecerdasan dan pesona presentasiku pada sang investor ini akhirnya aku bisa melahap si buah eksotis sepanjang masa! B)
Kalau kalian berniat mencicipi duren Purworejo yang yummy ini, kalian bisa menempuh dua cara. 
Pertama, kalau kalian punya banyak waktu dan emang niat banget mau berburu buah ini, kalian bisa langsung berburu ke petaninya di daerah Kaligesing, Sawangan, atau... atau mana lagi ya? Ya itulah. Pokoknya uptown gitu. Ntar kalian bakal nemuin penjual-penjual duren yang biasanya mendisplay si imut ini di gubuk tradisional mereka. Oh iya, jangan lupa nawar ya!
Yang kedua. kalau kalian tipe orang (sok) sibuk yang keren (seperti saya dan investor saya) dan membutuhkan kepraktisan serta kemudahan berkendara (appalaginih), kalian bisa ke penjual-penjual duren di kota Purworejo. Yap, di kotanya. Ubek-ubek aja tuh! Pasti nemu deh. Mereka berserakan di mana-mana memperindah kota ini dengan para duren yang imut dan menggemaskan.

Kalau duren yang ada di poto ini aku beli di Pasar Suronegaran. Itu bukan aku! Itu penjualnya! Ya kale gue yang beli gue yang belah? Eh? ambigu nggak sih ini? Lupain aja.
Enak? Jelas! Kan aku lagi promosi nih ceritanya hahahaha. Bukan, eh iya. Maksudnya enaknya iya tapi yang mau aku bahas bukan soal itu karena aku rasa semua orang setuju kalau duren enak. Oke, kecuali yang nggak setuju.
 Yang menarik di sini adalah marketing strategy mereka. Jadi kemarin itu dengan penuh perhitungan (padahal asal nunjuk aja sih) aku memilih duren yang paling cantik. Eh, ternyata pas dibuka rasanya anyep (apa sih bahasa Indonesianya "anyep"? Oh! Hambar). Pas aku ngeluh gitu, si penjual langsung bilang, "Mboten sah mbayar! Yen anyep mboten sah mbayar. Mpun monggo milih melih mawon. Saestu. Lha mosok anyep tetep kulo dol kan nggih mesakke njenengan to."*
Hyaaa apa artinya hahaha. Ya, jadi mereka menjamin seratus persen biar kita nggak rugi beli di situ. Jadi ntar, dibukain dulu sama abangnya trus kita nyoba gitu. Kalo rasanya nggak enak atau ternyata busuk, kita dibolehin nuker dan jelas yang cacat itu nggak kita bayar!! Luwar biyasah yah? Semacam moneyback guarantee gitu. Tapi, ini belum bayar sih. Halah, terserahlah apa namanya.
Sekarang tahu kan betapa mulianya duren... (apa hubungannya? Hahaha). Tapi yaudah sih kalau emang nggak suka. Setiap orang punya prinsip dan pertimbangan masing-masing dalam memutuskan yang terbaik buat hidup mereka, kan? Istilahnya, kita nggak bisa maksain apa yang kita suka, orang lain harus suka. Gitu.
Tapi harusnya semua orang suka duren sih!


translate:
*"Nggak usah bayar aja. Kalau rasanya hambar, nggak usah bayar. Udah, silakan dipilih lagi aja. Beneran. Lha, masa rasanya hambar tetap saya jual kan ya kasian Anda. kan."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

any advice?