Late post sih. Awalnya nggak yakin juga mau aku post. Tapi kemaren ditagih si Abik kapan aku nulis di sini lagi, jadi akhirnya aku post deh. Hehe. Lha, pembaca(setia)ku juga cuma dia kan? *sembahAbik. Kalian pasti kalau pun akhirnya tiba di blog ini juga biasanya karena nyasar, kan? hahaha. Apapun deh. Bik, aku udah post nih! Giliranmu!
*
Ini wiken terakhir sebelum mencumbu Tugas Akhir (TA), dan aku
lagi di rumah. Jadi bagaimana perasaanku setelah akhirnya akan menghadapi TA?
Entahlah. Aku masih belum sepenuhnya yakin dengan judulku dan aku tidak pernah
bisa menjelaskan kenapa.
Aku mengambil salah satu project DUA untuk kuajukan sebagai
TA-ku. DUA adalah Creative Business Consultant, semacam agensi ber-tim kecil
yang tukang mendevelopt brand di Solo. Beberapa brand lahir dari DUA,
diantaranya Playground, Bex, Pawon Guyub, dll.
Seharusnya segalanya baik-baik saja. Dan memang baik-baik
saja. Toh, aku juga terlibat di dalamnya. Hanya saja… entahlah, aku takut aku
tidak akan puas nantinya. Kau tau kan? Semacam ada idealisme yang harus ditekan
untuk yang satu ini. Aku selalu beranggapan bahwa TA haruslah menjadi
masterpiece-ku. Aku nggak bagus-bagus amat di urusan teknis, karyaku tidak
banyak dan tidak bisa diandalkan. Dan aku baik-baik saja dengan itu. Aku bukan
seniman. Aku bukan tipikal orang yang akan terjun ke arah sana. Aku lebih
menyukai brand dengan segala teorinya, yang artinya akan lebih condong ke arah
bisnisnya. Aku suka membuat sistem bisnis, manajemen, strategi, dan semacamnya.
Tapi bukan berarti aku alergi dengan desain. Aku suka desain, aku suka strategi
visual, dan segala tetek bengeknya soal itu (apalagi yang terkait branding) aku
suka. Jadi apa masalahnya? Nggak ada. Seriusan, nggak ada. Seharusnya begitu.
Banyak hal terjadi akhir-akhir ini dan lebih banyak tidak
baiknya. Aku teramat sangat jarang terganggu moodnya tapi beberapa waktu lalu
seminggu penuh aku bad mood. Bukan karena PMS, bukan. Aku sudah pastikan itu.
Apa ya? Sulit untuk bilang.
Semua ide, gagasan, masalah, hasrat, ego, dan semua kondisi
emosional lainnya berloncatan secara bersamaan dalam pikiranku, jadi bagaimana
bisa aku mengungkapkannya dalam tulisan? Kalau begitu, cobalah ngobrol dengan
seseorang. Percuma. Aku bukan orang yang bisa curhat. Berkali-kali sudah kucoba
(menurutmu apa gunanya Icak? Hehe) tapi gagal. Selalu saja apa yang kuutarakan
sama sekali tidak mewakili apa yang menggangguku. Dan, seringkali ada hal-hal
yang tidak bisa kuceritakan. Bukan karena aku tidak percaya, hanya saja aku
terlanjur berjanji untuk menyimpannya saja untukku sendiri. Mungkin nanti
bertahun-tahun yang akan datang baru aku boleh cerita, atau pada saat itu
kalian akan tau sendiri? Biar saja waktu yang bertanggung jawab atas hal ini.
Menjadi peduli itu merepotkan.
Itulah kenapa aku mati-matian berusaha tidak peduli, tutup
mata. Aku hanya akan peduli pada apa yang ingin kupedulikan. Yang menurutku
baik, yang memang pantas dipedulikan. Aku terpikirkan untuk menutup akun media
social. Untuk mencegahku terlalu “ngoceh” di sana.
Aku bosan dengan kemunafikan.
Tapi sayangnya dunia orang dewasa akan dipenuhi dengannya.
Dan aku masih saja heran. Aku heran orang bisa tersenyum manis di depan
seseorang yang di belakang ia ungkapkan betapa bencinya ia terhadap orang itu.
Aku heran orang bisa dengan mudahnya melanggar komitmen demi egoisme untuk
memuaskan hasrat sesaat. Aku heran orang mengumbar bicara seolah paling tahu
tentang cinta padahal bahkan memaknai arti setia saja tak bisa. Dan betapa
batas antara benar dan salah begitu tipis. Aku benci berada dalam kerapuhan
itu. Aku benci terikat tapi aku lebih benci pada betapa pengecutnya aku yang
tidak berani untuk melepaskan diri. Lalu, yang terburuk dari segalanya,
sebentar lagi aku akan benar-benar terjun ke dunia menyebalkan itu. Sebentar
lagi aku tidak lagi punya kedok. Tidak lagi punya pelarian.
Semua orang begitu ingin cepat-cepat menjadi dewasa. Ambil
saja jatahku kalau kalian mau. Aku ingin memilih kabur saja ke Neverland. Ah,
aku mulai pengecut lagi.
Besok pagi aku harus kembali dan ini adalah kedua kalinya aku
berat kembali ke sana. Aku sudah cukup belajar, dan aku tahu ada yang tidak
beres di sana saat aku merasakan ini. Tapi aku tidak tahu apa!
Mungkin aku lelah, mungkin cuma sesederhana butuh piknik?
Butuh libur? Aku berharap aku bisa punya waktu seminggu tanpa diganggu
pekerjaan. Seminggu hanya aku dan apapun yang ingin kulakukan. Tapi itu
terdengar mustahil saat ini. Nanti deh, aku pikirkan caranya. Bagaimana pun aku
butuh menyelesaikan entah apa dengan diriku sendiri. Aku butuh menguasai diriku
sebelum menghadapi dunia orang dewasa.
Nicee,,
BalasHapusTrims.. :)
Hapus